Minggu, 31 Januari 2016

Sistem Pencernaan Dasar 1

D. Fisiologi sistem pencernaan

     a.  Mulut
Proses yang terjadi pada mulut meliputi dua tahapan yaitu ingesti yang merupakan proses masuknya makanan kedalam rongga mulut yang melibatkan otot wajah untuk membuka rahang. Setelah makanan masuk maka akan terjadi proses digesti (pengunyahan makanan) yang melibatkan gigi (dental) untuk menumbuk makanan dan lidah (lingual) untu mengaduk dan mengarahkan makanan kearah gigi untuk ditumbuk dan mendorong kebelakang untuk di telan dan.

Secara garis besar proses yang terjadi dalam sistem pencernaan melibatkan dua mekanisme pengolahan makanan diantaranya mekanik dan kimia. Pada rongga mulut ini merupakan satu-satunya tempat yang menggunakan dua mekanisme tersebut yang diantaranya pengolahan mekanik menggunakan gigi (dental) untuk menumbuk makanan lebih halus yang memungkinkannya ditelan dan lidah (lingual) berfungsi mengaduk dan mengarahkan makanan yang dikunyah untuk bisa ditumbuk oleh gigi. Sedangkan pengolahan kimia dilakukan oleh air liur (saliva) yang mengandung suatu zat yang dapat mempercepat pemecahan bahan makanan tertentu yang disebut enzim.

     b.  Faring
Setelah makanan tertumbuk oleh gigi, makanan akan didorong oleh lidah kearah belakang dan ditelan. Setelah itu makanan tersebut akan masuk ke saluran yang bernama faring. Faring merupakan sebuah saluran yang menghubungkan dengan tiga sistem saluran yang diantaranya saluran pernafasan antara hidung dan trakhea, saluran pendengaran yaitu tuba eustachius yang menjaga tekanan rongga telinga bagian tengah dan saluran cerna itu sendiri yang menghubungkan antara mulut dan kerongkongan (esovagus).

      c.  Esovagus (kerongkongan)
Merupakan sebuh saluran yang melintang dari bagian faring kearah lambung dibagian perut (abdomen). Dalam kondisi tidak sedang menelan makanan, esovagus dalam keadaan kolaps (seperti sebuah selang lembek yang tidak ada isinya bahkan udara sekalipun sehingga berbentuk pipih). Ketika makanan datang dari faring dan mengisi esofagus, makanan akan didorong kebawah oleh otot-otot esofagus yang disebut refleks fagal. Proses ini disebut deglutisi (proses penelanan) karena dengan refleks fagal inilah makanan bisa didorong turun ke saluran selanjutnya pada sistem pencernaan. Dikarenakan ketika menelan makanan kita tidak melakukannya setiap saat, maka makanan yang didorong di esovaguspun normalnya akan berbentuk bulatan-bulatan yang disebut bolus.

     d.  Ventrikulus (lambung)
Lambung merupakan sebuah penampung sementara zat-zat makanan. Setelah makanan didorong turun oleh esovagus dengan refleks fagalnya, makanan akan turun sampai kelambung. Setelah makanan berada dilambung, makanan ditampung sementara disertai dilakukannya proses pencernaan kimia oleh asam lambung yang dihasilkan oleh lambung. Proses pencernaan oleh asam lambung ini disebut digesti.

Asam lambung bersifat asam kuat yang memungkinkan makanan terkikis dan hancur. Penghancuran tersebut membuat bentuk makanan yang bergumpal-gumpa (bolus) menjadi sebuah bubur yang lebih halus yang (kimus). Selain mengubah makanan menjadi lebih halus, sebagian bakteri yang terbawa oleh makanan akan terbunuh oleh asam lambung. Setelah makanan dihancurkan dan cukup halus, makanan akan disalurkan ke saluran usus halus untuk dilakukan proses penyerapan.

     e.  Intestinum minor (usus halus)
Usus halus merupakan tempat utama penyerapan zat sari makanan. Sehingga dalam saluran ini terjadi proses yang disebut absorpsi. Dalam prosesnya bagian saluran pencernaan ini cukup banyak mengeluarkan enzim tambahan baik yang dikeluarkan oleh usus itu sendiri ataupun oleh organ pelengkap dalam sistem pencernaan.

Seperti yang sudah disebutkan diatas, usus halus terbagi menjadi tiga bagian yang diantaranya usus duabelas jari (duadenum), jejenum dan ileum. Sangat sulit jika membedakan antara batasan antara ketiga saluran itu jika dilakukan dengan mata telanjang dalam bedah mayat secara langsung. Akan tetpi dapat dibedakan jika dilakukan pengamatan terhadap proses yang terjadi dan perincian dari setiap zat makanan yang lebih dominan di serap dalam saluran tersebut.

Zat makanan yang berada di usus halus perlahan didorong menuruni usus yang disebabkan oleh peristaltik usus. Mekanisme ini lebih lemah dan lambat dari refleks fagal pada esofagus, sehingga makanan tidak akan begitu saja berpindah dari usus halus. Hal tersebut memungkinkan waktu yang baik untuk melakukan proses penyerapan.

      f.  Intestinum mayor/colon (usus besar)
Colon merupakan sebuah usus berukuran lebih besar dengan bentuk tidak rata yang berfungsi menyerap cairan pada zat sisa hasil penyerapan di usus halus. Pada usus halus penyerapan lebih terfokus pada zat sari makanan utamanya saja sehingga bentuk bubur yang berasal dari lambung tidak jauh berbeda dari hasil akhir dari usus halus kecuali warnanya. Oleh sebab itu ketika sampai pada usus besar zat sisa tersebut berbentuk cair, walaupun demikian zat tersebut sudah bisa dikategorokan feses, karena zat utama dalam makanan tersebut sudah terserap. Akan tetapi feses dalam bentuk ini tidak boleh langsung dibunag, karena cairan yang ada dalam zat tersebut masih dibutuhkan oleh tubuh. Diperkirakan seluruh cairan yang ada dalam tubuh diperoleh dari makanan melalui penyerapan yang dilakukan oleh colon, oleh sebab itu proses yang terjadi di usus besar atau colon disebut dengan reabsorpsi, yang merupakan proses penyerapan kembali zat sisa penyerapan sebelumnya berupa air.

Usus besar terbagi menjadi empat bagian. Adapun bagian pertama disebut dengan Asenden yang merupakan saluran pertama yang mengarah pada bagian atas, yang kedua dibebut dengan transfersum karena bentuknya yang melintang dari asenden sebelah kanan ke sebelah kiri tubuh (menuju kolon desenden), yang ketiga disebut desenden karena bentuknya yang menurun kearah bawah pada bagian kiri tubuh dan yang terakhir adalah sigmoid yang berbentuk “S” yang merupakan belokan dari kolon desenden sebelah kiri menuju bagian tengah dan menurun kearah rektum. Pada ke tiga bagian tersebut zat sisa makana berupa terus dilakukan penyerapan dan hasil kepadatan feses tergantung dari berapa lama feses tersebut tertahan di usus besar. Seperti halnya usus halus, makanan terdorong menelusuri setiap bagian colon dengan bantuan peristaltik yang dilakukan oleh colon itu sendiri.

      g.  Rektum
Rektum merupakan penampung terakhir sebelum feses atau zat sisa yang sudah menjadi bentuk yang lebih sempurna dikeluarkan. Rektum memiliki kepekaan (sensitifistas) yang menyebabkan rasa mulas atau keinginan BAB ketika rongga tersebut terisi penuh dengan peses. Sama dengan usus besar, bagian rektum juga melakukan penyerapan cairan yang ada pada feses, sehingga semakin lama seseorang menahan BAB maka semakin keras feses yang terbentuk.

     h.  Spingter ani (anus)

Spingter ani atau lubang anus adalah sebuah cincin yang berfungsi menahan feses agar BAB bisa dikendalikan walaupun keinginan BAB telah timbul. Lubang ini merupakan bagian terakhir dari saluran cerna. Dengan membukanya lubang anus maka feses yang sudah tertampung dalam rektum akan dikeluarkan yang disebut dengan proses devekasi atau ekskresi (pembuangan zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh).

Bagi teman-teman yang mau melihat objek 3D yang saya peroleh dari aplikasi online BioDigital Human. Jika bisa dibuka silahkan lihat:


Sekian dulu untuk postingan kali ini semoga bermanfaat. 
Mohon maaf atas kekurangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar